Selasa, 14 Mei 2013

makalah seni budaya

artikulasi
    Artikulasi yang baik adalah berusaha menjadikan Samoa huruf bunyi menjadi huruf hidup.
Huruf hidup tidak boleh dihidup-hidupkan dalam memproyeksikan suara, agar tidak terdengar pecah. Tetapi konsonan (huruf mati) harus dihidupkan.
  1. Fungsi umum dari artikulasi adalah saga alat penyampai produksi suara dan hasil penyampaiannya berupa macam-macam bunyi, yang erat hubungannya dengan pembentukan kalimat bahasa yang terdiri dari rangkaian kata-kata.

          Memproduksi Suara
Ada 2 jenis suara, yaitu: suara untuk berbicara dan suara untuk menyanyi. Perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:
       a.suara berbicara (speaking voice):
keras, kasar, tidak beresonansi, kotor (noises), berat, menghabiskan banyak nafas.
       b.suara bernyanyi (singing voices):
halus, bersih, jernih, bening, ringan, beresonansi, seluruh nafas yang keluar menjadi suara.


                       Artikulasi

.


 Daerah artikulasi (pasif & aktif):
   1. Bibir luar, 2. Bibir dalam, 3. Gigi, 4. Rongga-gigi, 5. Pascarongga-gigi, 6. Pralangit-langit, 7. Langit-langit, 8. Langit-langit belakang, 9. Tekak, 10. Hulu kerongkongan, 11. Celah suara, 12. Katup napas, 13. Akar lidah, 14. Lidah belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung lidah.
Artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa. Daerah artikulasi terbentang dari bibir luar sampai pita suara, dimana fonem-fonem terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi lidah dan semacamnya.
Artikulasi adalah perangkat alat-alat ucap atau alat-alat bicara dimana hasil mekanisme kerjanya memproduksi suara atau bunyi bahasa yang memiliki sifat-sifat khusus. Sehingga bunyi yang dihasilkan antara satu dengan yang lainnya berbeda.

Apabila kita amati dalam penggunaan bahasa sehari-hari, ditemukan bermacam-macam dialek yang menimbulkan variasi dalam pengucapan fonem atau system bunyi. “system bunyi dalam bahasa indonesia meliputi: 6 vokal, 24 konsonan, dan 6 diftong”(Dudung Abdurrahman, 1984 : 38).

Perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu sampai pada tahap meraban tidak ada permasalahan namun setelah masa meraban perkembangan bahasa dan bicara terhenti. Pada masa meniru terbatas hanya yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat. Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa maka kemampuan berbahasanya tidak berkembang bila ia tidak dididik dan dilatih secara khusus. 

Organ artikulasi yang berkaitan dengan otot-otot bicara berperan penting dalam perolehan bicara. otot-ototnya yaitu bibir, lidah, velum. Sedangkan yang menggerakkan otot-otot bicara tersebut yaitu saraf cranial, yaitu nervus 10 atau nervus vagus, nervus 12 atau nervus glosopharyngius dan nervus 5 + 9. nervus 10 mensyarafi otot-otot velum, dan nervus 12 mensyarafi dinding pharing.
Jadi yang dimaksud artikulasi dalam hal ini adalah gerakan-gerakan otot bicara yang digunakan untuk mengucapkan lambang-lambang bunyi bahasa yang sesuai dengan pola-pola yang standar sehingga dapat dipahami oleh orang lain
Untuk itu anak tunarungu perlu dilatih dalam hal Artikulasi agar anak mampu:
1.membentuk pola ucapan bunyi bahasa yang sesuai dengan aturan.
2.memfungsikan organ-organ bicara yang mengalami kekakuan.
3.menyadari bahwa setiap pola ucapannya apabila dirangkaikan antara satu dengan yang lainnya dapat menimbulkan makna-makna tertentu.
4. terhindar dari sifat verbalisme.
5.menambah pembendaharaan kata untuk kepentingan komunikasi.
6.mengembangkan emosi secara wajar dan mampu melakukan hubungan social dengan baik.

Sarana dan prasarana pembelajaran Artikulasi
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran artikulasi. Diantaranya yaitu:
1. faktor anak dengan segala karakteristiknya, seperti perkembangan,  kognisi,     mental, emosi, social serta kepribadiannya.
2. faktor instrumental input, yaitu kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan dalam pembelajaran, meliputi guru, metode, teknik, dan media, bahan sumber belajar, program dan tugas-tugas.
3. faktor instrumental, yaitu situasi dan keadaan fisik, seperti letak sekolah, iklim, hubungan antar siswa-guru, siswa dengan orangtua, dan siswa dengan oranglain.


Bunyi dan Alat Ucap Manusia
                     Bunyi dan Alat Ucap Manusia

       Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang
dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambang-lambang
bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya
memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya.
Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam
bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus
ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita
suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek
bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan,
akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal,
yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan enam
fonem /a/, /i/, /u/, /e/,//, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /ə/ dan e
lebar atau //, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah
gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh
diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.

       Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang
keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas
hal-hal berikut.
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
    kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak
    lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang
    (artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g,
     ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
    gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti
    f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung
    lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator),
    seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari
     paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak
     sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik
     artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar
menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.
Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi
luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk
pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak
memengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan
lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal
    tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon.
Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun
dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [lembab] dilafalkan [lembap>]
- [jawab] dilafalkan [jawap>]
- [adab] dilafalkan [ adap>]
Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an
Contoh:
- [lembap>]  [kelembaban]
- [jawap>]  [jawaban]
- [adap>]  [peradaban]

       Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila
berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang
ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada
[abadi].
      

Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut
memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada
satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan
menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
- fonem /e/ pada kata apel [apəl] dan fonem /Є/ pada kata apel [apЄl].
Kata [apəl] bermakna jenis buah dan kata [apЄl] bermakna upacara
bendera.
- seret [ səret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
- seret [ sЄret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
- serang [ sЄrang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
- serang [ sərang ] = berarti penyerbuan atau serbu

       Pengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya.
Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan
atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat
lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya
terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau
pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang
sering diucapkan tak baku.



Resonansi

Resonansi adalah proses bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain yang bergetar, hal ini terjadi karena suatu benda bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi benda yang terpengaruhi. 

Contoh Resonansi
Terjadinya resonansi bisa berakibat menguntungkan maupun merugikan kita, berikut ini contoh-contoh terjadinya resonansi:
Resonansi yang menguntungkan: resonansi pada alat musik (gitar, genderang, gamelan, dll).
Resonansi yang merugikan:  resonansi suara deru pesawat bisa membuat kaca turut bergetar, dan bahkan pecah.

Resonansi Stokastik
Sedangkan resonansi stokastik adalah suatu fenomena di mana suatu sistem non-linier di bawah pengaruh suatu sinyal periodik termodulasi yang amat lemah sehingga secara normal tidak terdeteksi, akan tetapi dapat terdeteksi disebabkan terjadinya resonansi antara sinyal deterministik yang lemah tersebut dengan gangguan (noise) stokastik. Definisi paling awal dari resonansi stokastik adalah kekuatan sinyal keluaran maksimum sebagai fungsi dari gangguan (Bulsara dan Gammaitoni 1996).


Contoh Resonansi Stokastik
Terdapat banyak contoh-contoh resonansi stokastik, beberapa di antaranya adalah rangkaian elektronik trigger Schmitt, dioda tunnel, sistem biologi pada respon syaraf penglihatan, kanal ionik, aplikasi medis, laser cincin bistabil dan devais interferensi kuantum super-menghantar



Resonansi bunyi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat musik pada umumnya dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga suara alat musik tersebut menjadi nyaring. Contoh alat musik itu antara lain: seruling, kendang, beduk, ketipung dan sebagainya.
Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat menghasilkan nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar terdapat kotak atau ruang udara tempat udara ikut bergetar apabila senar gitar dipetik. Udara di dalam kotak ini bergerak dengan frekuensi yang sama dengan yang dihasilkan oleh senar gitar. Udara yang mengisi tabung gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan logam pada gamelan tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah lempengan logamnya, Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan tersebut. Reonansi juga dipahami untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara.
Untuk mengetahui proses resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling beresonansi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Dua garputala yang saling beresonansi

Jika garputala dipukul, garputala tersebut akan bergetar. Frekuensi bunyi yang dihasilkan bergantung pada bentuk, besar, dan bahan garputala tersebut
 syarat terjadinya reronansi, yaitu:
(a)   pada permukaan air harus terbentuk simpul gelombang;
(b)   pada ujung tabung bagian atas merupakan perut gelombang.

Peristiwa resonansi juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, gelas piala bertangkai bisa pecah bila diletakkan didekat penyanyi yang sedang menyanyi. Hal ini terjadi karena gelas memiliki frekuensi alami yang sama dengan suara penyanyi sehingga gelas mengalami resonansi dan mengakibatkan pecahnya gelas tersebut. Peristiwa resonansi juga dapat menyebabkan runtuhnya jembatan gantung jika frekuensi hentakan kaki serentak orang yang berbaris di atas jembatan gantung sama dengan frekuensi alami jembatan sehingga jembatan akan berayun hebat dan dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.


Gelombang bunyi pada dawai atau senar
Anda tentu pernah melihat orang memainkan gitar.  Pada senar atau dawai pada gitar kedua ujungnya terikat dan jika digetarkan akan membentuk suatu gelombang stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, tergantung pada jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pola gelombang stasioner ketika terjadi nada dasar (harmonik pertama), nada atas pertama (harmonik kedua) dan nada atas kedua (harmonik ke tiga) ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Pola Panjang Gelombang pada Dawai.

Resonator adalah suatu bunyi yang timbul karena adanya ruang yang memiliki dinding keras sehingga memantulkan suara kembali. Rongga resonansi ada 3 macam, yaitu:
 Rongga Resonansi Atas
Sering disebut resonansi kepala (headvoice). Suara yang dihasilkan penyanyi cemerlang lalu isi kepala dan wajah terasa penuh.
 Rongga Resonansi Tengah
Yaitu rongga resonansi mulut dan tenggorokkan. Sifat dari rongga ini menjembatani perpindahan register, antara register bawah dan atas sehingga tidak terjadi patahan suara.
 Rongga Resonansi Bawah
Yaitu rongga resonansi dada. Sifatnya membuat suara menjadi keras dan tebal terutama pada nada-nada bawah. Dada bergetar lebih dominan.
Fungsi rongga resonansi:
1. Memperbesar tingkat kekerasan suara karena dorongan dari motor
2. Membedakan tipe suara (SATB)
3. Membedakan warna suara (timbre)
4. Membedakan macam-macam huruf vokal dan penempatan suara
5. Suara yang ditempatkan pada ruang yang benar akan menghasilkan:
5.1 suara yang bergema (ringing)
5.2 bergetar (vibrant)
5.3 tebal (rich)
5.4 proyeksi ke depan (foward direction)
5.5 penuh (full)
Phrasering atau Pengkalimatan
Phrasering adalah pemenggalan kata dalam kalimat, bait kalimat lagu maupun kalimat bahasa. Kalimat lagu (kalimat musik) yang harus diperhatikan adalah menjaga nuansa alur melodi secara utuh dengan demikian apabila mengambil nafas harus memperhatikan kalimat musik yang ada lewat tanda-tanda penulisan dalam partitur lagu seperti koma maupun titik.
Kalimat bahasa (kalimat teks) yang perlu diperhatikan adalah makna syair keseluruhan sehingga dalam mencapai kesatuan kalimat sehingga dalam mencapai kesatuan kalimat selalu mendukung terhadap makna yang tersirat dalam syair yang ada.
Hal esensi yang perlu diperhatikan dalam phrasering adalah mengenal titik atau koma; tanda titik atau koma merupakan tempat mengambil nafas. Dengan demikian tidak boleh mengambil nafas di luar tanda yang sudah diberikan agar keutuhan kalimat dan syair lagu dinyanyikan dapat tercapai dengan sempurna
Aturan pemenggalan kalimat bahasa, atau kalimat musik menjadi bagian-bagian yang lebih pendek tetapi tetap mempunyai kesatuan arti.
Phrasering terdiri dari 2 macam yaitu :
• Phrasering kalimat bahasa
• Phrasering kalimat musik
Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat
Contoh : 
-Pergi (member kabar)
-Pergi (mengusir)
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :

2.    Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat “Saya membeli pensil ini” Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
1.    Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
1.    Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar